INDONESIA > Benua Atlantis

Mitos tentang Peradaban Atlantis pertama kali dicetuskan oleh seorang filsafat Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus
Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.
Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari Critias mengisahkan tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).
Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.
Garis besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.
Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran bahwa Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah bangsa yang besar dan mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian saya mempunyai pertanyaan, apakah itu hanya sebuah cerita untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau memang Plato mempunyai bukti2 kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar pernah ada dalam kehidupan di bumi ini?
Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.
Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu
dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?
Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?
Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?
Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda.
Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?
Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan
besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?
Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Dan kebenaran yang pasti tentang keberadaan benua Atlantis pun masih misteri hingga kini. Kira-kira bagaimana kehidupan bangsa Atlantis dan bagaimana mereka musnah?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Misteri Benua "ATLANTIS"

Mitos tentang Peradaban Atlantis pertama kali dicetuskan oleh seorang filsafat Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus
Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.
Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari Critias mengisahkan tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).
Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.
Garis besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat,
tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.
Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran bahwa Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah bangsa yang besar dan mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian saya mempunyai pertanyaan, apakah itu hanya sebuah cerita untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau memang Plato mempunyai bukti2 kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar pernah ada dalam kehidupan di bumi ini?
Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.
Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.
Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu
dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?
Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?
Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?
Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda.
Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?
Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan
besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?
Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.
Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.
Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.
Dan kebenaran yang pasti tentang keberadaan benua Atlantis pun masih misteri hingga kini. Kira-kira bagaimana kehidupan bangsa Atlantis dan bagaimana mereka musnah?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Exoplanet WASP 12b, Sebuah Dunia Karbon

Di tahun 2008, sebuah planet yang luar biasa panas berhasil ditemukan. Planet dengan temperatur 2250 °C ini berada sangat dekat dengan bintang induknya yang sedang menuju pada devile kematiannya.
Karbon di Atmosfer WASP 12b
Ilustrasi planet WASP 12b dan bintang induknya. kredit : NASA/JPL-Caltech/R. Hurt (SSC)
Paparan kisah menarik tentang planet gas raksasa super panas ini berhasil diungkap setelah Nikku Madhusudhan dari Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, beserta rekan-rekannya melakukan analisa lanjutan dengan menggunakan pengukuran yang sudah dilakukan dalam pengamatan planet WASP 12b sebelumnya disertai pengukuran baru yang juga dilakukan dengan menggunakan Teleskop Ruang Angkasa Spitzer milik NASA.
Hasilnya, atmosfer di planet WASP 12b memiliki lebih banyak karbon dibanding oksigen, sesuatu yang tak pernah dilihat sebelumnya. Sebagian besar model mengasumsikan adanya kemiripan dengan planet kebumian di Tata Surya, dengan perbandingan karbon setengah dari kandungan oksigen di atmosfer.
Menurut Nikku Madhusudhan dari Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, “planet yang kaya karbon ini sangat eksotik dalam segala hal — baik pembentukan interior dan atmosfer.”
Mengapa eksotik? Diperkirakan di bagian dalam planet WASP 12b atau di bawah lapisan gasnya,  terdapat grafit, berlian atau bentuk eksotik lainnya yang terbentuk dari karbon. Sayangnya, saat ini kemampuan teknologi yang ada masih belum memungkinkan bagi para astronom untuk bisa melakukan pengamatan pada inti exoplanet.
Kondisi atmosfer WASP 12b yang karbonnya melimpah memberi implikasi pada inti planet yang padat tidak kaya dengan silikat (mineral yang tersusun dari silikon dan oksigen) seperti halnya Bumi. Inti planet WASP 12b ini justru kaya dengan karbon. Diperkirakan gunung berlian atau grafit juga ada di planet tersebut. Dan jika ada kehidupan yang terbentuk maka kehidupan itu tentunya berbasis karbon – metana dan bukan air atau oksigen.

Mencari pembanding di Tata Surya

Karbon merupakan komponen umum yang ada di sistem keplanetan sekaligus menjadi kunci resep kehidupan di Bumi. Untuk itu para astronom melakukan pengukuran perbandingan karbon terhadap oksigen untuk dapat memahami kimiawi bintang.
Matahari memiliki perbandingan karbon/oksigen 1 : 2 yang artinya ia memiiki karbon setengah dari kandungan oksigen. Dan sampai saat ini belum ada planet di Tata Surya yang diketahui memiliki lebih banyak karbon dari oksigen.
Kurangnya data perbandingan karbon/oksigen dari planet  di Tata Surya menyebabkan  sulit dilakukan pembandingan antara WASP 12b dengan planet gas raksasa di Tata Surya. Satu-satunya analog yang bisa digunakan adalah Jupiter.  Akan tetapi jawaban pasti mengenai perbandingan kedua unsur tersebut di Jupiter pun belum bisa dipastikan.
Angka perbandingan untuk planet-planet gas raksasa memang belum diketahui. Berbeda dengan WASP-12b, planet gas raksasa di Tata Surya mengandung air – unsur utama yang membawa oksigen – di kedalaman atmosfernya sehingga sulit dideteksi. Pengamatan spektroskopik yang dilakukan tidak dapat menentukan dengan pasti perbandingan karbon/oksigen karena sebagian besar oksigen terperangkap dalam air, yang sudah mengembun keluar dari atmosfer akibat kondisi Jupiter yang sangat dingin.
Usaha untuk menyelesaikan kekurangan ini sedang dlakukan oleh Atreya yang merupakan salah satu peneliti dari misi Juno yang akan diluncurkan tahun 2011 dan tiba di Jupiter tahun 2016 untuk melakukan pemetaan air dan kelimpahan oksigen.  Jika Jupiter ternyata kaya dengan karbon seperti halnya WASP 12b, maka bisa diartikan bahwa benda kecil yang menjadi asal muasal pembentukan sebagian planet di sistem keplanetan merupakan ter kaya karbon dan bukan es.
Sumber : NASA, Nature
Tags: , , ,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gerhana Bulan Total di Penghujung 2010

Di penghujung tahun 2010, sebelum kita mengakhiri tahun ini ada satu lagi fenomena astronomi yang dapat dinikmati.  Fenomena langit tersebut adalah Gerhana Bulan Total yang akan terjadi pada tanggal 21 Desember 2010, beberapa jam sebelum Winter Solstice (23.38 UT atau 22 Desember 06.38)  saat  Matahari mencapai deklinasi paling selatan.
Gerhana Bulan Total di bulan Desember 2010 ini akan tampak bagi para pengamat di Amerika Utara. Gerhana ini terjadi saat Bulan berada pada titik turun di timur Taurus, 4 hari sebelum Bulan berada pada titik terdekat dari Bumi.
Tahapan Gerhana Bulan Total 21 Desember 2010. Kredit : NASA

Gerhana Bulan Seri Saros 125

Gerhana Bulan Total 21 Desember 2010 merupakan bagian dari keluarga gerhana dengan siklus Saros 125, yang memiliki 72 seri gerhana yakni 17 gerhana  penumbral, 13 gerhana  sebagian, 26 gerhana total, 9 gerhana sebagian dan 7 gerhana penumbral. Dan gerhana berikutnya yang berasal dari siklus Saros yang sama akan terjadi 18 tahun 11 hari 8 jam lagi.
Maknanya adalah, kedua gerhana yang terpisah selama 1 periode saros (18 tahun 11 hari 8 jam) akan memiliki geometri gerhana yang sama. Atau dengan gerhana bulan seri saros 125 berikutnya yang akan terjadi 18 tahun lagi akan terjadi saat Bulan berada pada jarak yang hampir sama dari Bumi pada waktu yang sama di tahun saat terjadi gerhana seri saros sebelumnya.
Satu seri Saros memiliki 70 atau lebih gerhana Bulan dan akan berlangsung selama 12-15 abad. Gerhana Bulan dalam seri Saros 125 semuanya terjadi saat Bulan berada pada titik turun dan bergerak ke arah utara dalam setiap Gerhana.
Seri 125 ini dimulai dengan Gerhana Bulan Penumbral 17 Juli 1163 dan baru akan berakhir pada tanggal 9 September 2443 dengan Gerhana Penumbral. Durasi total seri Saros 125 ini berlangsung selama 1280.14 tahun.
Tahapan Gerhana Bulan Total
Gerhana Bulan Total 2010 secara keseluruhan, akan berlangsung selama 72 menit dimulai saat Bulan memasuki bayangan Bumi.
Gerhana Penumbral dimulai:   12:29:17 wib
Gerhana Sebagian dimulai:       13:32:37 wib
Gerhana Total dimulai:              14:40:47 wib
Puncak Gerhana:                         15:16:57 wib
Gerhana Total Berakhir:            15:53:08 wib
Gerhana Sebagian Berakhir:     17:01:20 wib
Gerhana Penumbral Berakhir:  18:04:31 wib
Secara keseluruhan, gerhana ini akan tampak dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Pengamat di sepanjang pantai timur Amerika Selatan tidak akan dapat menikmati tahap akhir gerhana, karena Bulan sudah terbenam.
Jalur yang dilalui Gerhana Bulan Total 21 Desember 2010. Kredit : NASA
Bagi pengamat di Eropa dan Afrika, Bulan akan terbenam saat gerhana masih berlangsung. Hanya masyarakat Skandinavia Utara di Eropa yang bisa menikmati seluruh tahapan gerhana bulan tersebut.
Di Asia bagian timur, Bulan terbit dalam kondisi sedang mengalami Gerhana sedagkan bagi masyarakat di Afrika Timur, Afrika Selatan, Timur Tengah dan Asia Selatan, Gerhana tidak akan tampak.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Bagi pengamat di Indonesia, Bulan terbit saat sedang berada pada tahap akhir Gerhana Bulan. Untuk Indonesia bagian barat, Bulan terbit tepat setelah Gerhana Penumbral berakhir. Sedangkan untuk pengamat di Indonesia bagian tengah, Bulan terbit saat Gerhana Sebagian Berakhir. Dan bagi pengamat di Indonesia bagian timur, Bulan terbit setelah Gerhana Total berakhir sehingga masih dapat menikmati tahap akhir Gerhana Bulan.
Clear Sky!
Tags: , ,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Exoplanet Qatar-1b, Tidak Ada Batasan Dalam Sains

Perkembangan dunia extrasolar planet memang melesat dengan cepat semenjak tahun 1995. Setiap planet yang ditemukan jelas punya keunikannya sendiri. Dan hal menarik lain adalah, para penemu planet baru tersebut bukan hanya monopoli satu negara atau benua. Kita tahu, kalau ada penemu dari Asia atau lebih spesifik lagi dari Indonesia.Nah, kali ini ada sebuah penemuan menarik lainnya yang juga membawa latar kerjasama internasional antara astronom Qatar dan para ilmuwan di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA). Hal menarik dari penemuan planet Jupiter panas baru tersebut, ia menyandang nama Qatar-1b.
Planet Tanpa Batas …
Ilustrasi planet Qatar-1b. Kredit : David A. Aguilar (CfA)
Apa istimewanya? Dari nama ini yang ingin disampaikan adalah penemuan planet pana seukuran Jupiter ini menunjukkan kalau kekuatan sains itu melintasi batas politik sekaligus meningkatkan ikatan antar bangsa. Penemuan planet Qatar-1b tak pelak menjadi contoh bagaimana sains dan komunikasi modern bisa menghapus batasan dan zona waktu. Tidak ada yang bisa memiliki bintang dan semua lapisan masyarakat jelas akan terinspirasi dari penemuan dunia lain yang berada demikian jauh.
Selain itu, menurut Dr. Khalid Al Subai pimpinan tim survei exoplanet Qatar dan direktur Qatar Foundation for Education, Science and Community Development, “penemuan planet oleh astronom Qatar juga menunjukkan komitmen dan keseriusan Qatar untuk menjadi pemimpin dalam hal inovasi sains dan riset.”
Tak hanya itu, penemuan ini sekaligus menandai awal era baru kerjasama riset astrofisika antara Qatar, Inggris dan Amerika.

Planet yang ditemukan

Tim suvei exoplanet Qatar dalam penelitiannya, memburu bintang yang berkedip atau yang meredup sesaat lamanya setiap kali ada planet yang mengorbit dirinya dan menciptakan gerhana kecil saat melintasi wajah bintang seperti yang dilihat dari Bumi. Pencarian dengan metode transit harus menyaring ribuan bintang untuk mendapatkan fraksi kecil dengan planet terdeteksi. Pengamatan dan analisa yang tidak mudah justru menciptakan peluang terjadinya kerjasama antar bangsa.
Qatar-1b ditemukan dengan menggunakan kamera medan lebar milik Qatar yang berada di New Mexico saat ia memotret langit kala cerah di awal tahun 2010. Citra yang diambil kemudian di kirim ke Inggris untuk dianalisis oleh para astronom dari St. Andrews, Universitas Leicester dan dari Qatar. Hasil analisa para astronom ini kemudian menyisakan beberapa ratus kandidat bintang yang mungkin memiliki planet.
Tim dari Harvard-Smithsonian bersama Dr. Al Subai kemudian menindaklanjuti kandidat-kandidat bintang yang diperkirakan memiliki kemungkinan paling tinggi untuk memiliki planet. Mereka kemudian melakukan pengamatan spektroskopik dengan teleskop 60 inci di Smithsonian’s Whipple Observatory, Arizona.
Pengamatan seperti ini dapat menyaring bintang ganda dengan jejak gerhana yang meniru transit planet. Tim ini juga melakukan pengukuran pada peredupan bintang lebih akurat dengan teleskop Whipple 48 inci.
Hasilnya, dikonfirmasikan keberadaan planet yang disebut Qatar-1b mengorbit bintang oranye tipe K yang berada pada jarak 550 tahun cahaya. Qatar-1b merupakan planet gas yang 20% lebih besar dari Jupiter dalam hal diameter dan lebih masif 10%. Ia mengorbit bintang induknya pada jarak 2,2 juta mil atau 3,5 juta km. Dan yang pasti sesuai jenisnya sebagai planet gas panas, suhu di planet Qatar-1b juga mencapai 1093 derajat Celcius.
Planet Qatar-1b menyelesaikan putarannya pada bintang induk setiap 1,4 hari atau “1 tahun di Qatar-1b” hanya 34 jam. Planet ini juga diperkirakan berada dalam kondisi terkunci secara gravitasi dengan bintang, sehingga satu sisi planet akan selalu berhadapan dengan wajah bintang. Akibatnya, planet akan berputar pada sumbunya setiap 34 jam atau 3 kali lebih lambat dari Jupiter yang berotasi dalam 10 jam.
Sumber : CfA
Tags: , , , ,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lingkaran Konsentris, Bukti Aktivitas Sebelum Dentuman Besar

Gambaran manusia tentang alam semesta dini bisa jadi penuh dengan lingkaran misterius atau bahkan mungkin segitiga. Tapi hal tersebut tidak berarti kita sedang melihat bukti peristiwa yang terjadi sebelum dentuman besar.
WMAP. Sumber NASA
Itulah kira-kira yang jadi topik bahasan 3 makalah yang membahas klaim cincin konsentris dari temperatur seragam dalam latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB). Radiasi yang menjadi jejak dari Dentuman Besar atau malah itu merupakan tanda dari tabrakan lubang hitam dalam kosmik aeon sebelumnya yang ada sebelum Alam Semesta. Ide provokatif ini datang dari Vahe Gurzadyan (Yerevan Physics Institute di Armenia) dan  Roger Penrose dari University of Oxford, UK.

Tabrakan Lubang Hitam

Dalam makalah yang dibuat oleh Vahe Gurzadyan dan Roger Penrose, dikemukakan bahwa tabrakan benda hitam supermasif sebelum Dentuman Besar akan menciptakan gelombang gravitasi yang tersebar dalam bentuk bola yang kemudian meninggalkan jejak berbentuk lingkaran dalam CMB.
Untuk bisa membuktikan klaim tersebut, Gurzadyan memeriksa data dari satelit Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) selama 7 tahun. Dengan data ini, Ia menghitung perubahan pada variasi temperatur dalam cincin yang besar di sekitar leih dari 10000 titik di langit gelombang mikro.  Dan dalam perhitungannya itu, Gurzadyan berhasil mengidentifikasi sejumlah cincin dalam data WMAP yang variasi temperaturnya lebih rendah dari langit di sekitarnya.

Siklus Kosmik

Sebagian besar kosmolog senantiasa berpikir kalau alam semesta yang di dalamnya terdapat ruang dan waktu, meledak menjadi wujudnya sekitar 13,7 milyar tahun saat terjadi Dentuman Besar. Dan semenjak itu alam semesta pung mengembang. Komponen penting dalam model kosmologi standar  – diperlukan untuk menjelaskan mengapa alam semesta demikian seragam – adalah periode singkat dalam alam semesta yang mengalami pengembangan super cepat atau yang dikenal sebagai inflasi.  Kejadian pengembangan alam semesta dalam hitungan tidak sampai 1 detik atau jauh lebih cepat dari sekali kedipan mata anda.
Menurut Penrose, keseragaman dalam alam semesta bukanlah berasal dari sebelum Dentuman Besar, melainkan dari akhir kejadian aeon sebelumnya yang melihat pengembangan alam semesta jadi besar tak berbatas dan sangat halus. Aeon tersebut pada gilirannya lahir dalam Dentuman Besar yang muncul dari akhir aeon awal dan seterusnya, sehingga menciptakan siklus yang berpotensial tidak terbatas, sekaligus tak berawal dan tak berakhir. Atau dengan kata lain sebuah siklus abadi.
Lebih sederhananya, alam semesta dalam perjalanannya dari awal hingga akhir akan berada dalam satu siklus. Nah, yang dimaksutkan adalah setiap siklus akan berakhir dengan dentuman besar yang kemudian mengawali siklus yang baru. Dalam pemodelan seperti ini, alam semesta akan tampak seperti dunia boneka Rusia, dengan seluruh alam semesta yang ada sebelumnya berada dalam alam semesta yang sekarang.  Dalam dunia boneka Rusia, ketika dibuka ada boneka lain di dalamnya dan demikian seterusnya.
Ide Gurzadyan dan Penrose justru ditantang oleh hasil penelitian lainnya yag dilakukan oleh 3 kelompok berbeda. Ketiga kelompok tersebut melakukan reproduksi analisa Gurzadyan pada data WMAP dan menemukan juga kalau data yang ada mengandung lingkaran yang bervariasi rendah. Yang menjadi titik perbedaannya adalah pada peran penting yang bisa didapatkan dari pemahaman lingkaran-lingkaran tersebut.
Lingkaran Penuh Arti
Gurzadyan juga melakukan perbandingan antara lingkaran yang diamati dengan simulasi latar belakang gelombang mikro kosmik yang fluktuasi temperaturnya memiliki skala invarian, yang artinya kelimpahannya tidak bergantung pada ukuran.  Ia juga menemukan tidak ada pola khusus.  Kelompok lain yang tidak sependapat mengkritik kalau apa yang sedang diajukan oleh Gurzadyan bukanlah latar belakang gelombang mikro kosmik (CMB) yang seharusnya.
Menurut kelompok tersebut, data WMAP jelas menunjukkan ada lebih banyak bintik panas dan dingin pada skala sudut yang lebih kecil. Karena itu tidaklah tepat mengasumsikan langit gelombang mikro isotropik.
Ketiga kelompok peneliti lainnya yang mencari pola lingkaran berbeda dalam simulasi latar belakang gelombang mikro kosmik yang menjadi sifat dasar dari Inflationary Universe atau Alam Semesta Mengembang Dengan Sangat Cepat, juga menemukan lingkaran yang serupa dengan yang ada pada data WMAP. Moss dan rekan-rekannya, salah satu kelompok dari 3 kelompok tersebut juga menemukan kalau  data observasi dan simulasi Inflationary Universe memiliki area konsentris ragam rendah dalam bentuk segitiga sama sisi.
Menurut James Zibin dari University of British Columbia, Vancouver, Canada, “Hasil yang didapat oleh Gurzadyan dan Penrose belum memberi bukti untuk model siklus Penrose terhadap inflasi standar yang sudah dikenal.”
Menanggapi kritik terhadap analisanya, Gurzadyan memberi argumentasi masih ada ikatan persetujuan antara model kosmologi standar  dan data WMAP pada level tertentu. Sementara model berbeda seperti model Penrose bisa jadi justru sesuai dengan data atau bahkan lebih baik lagi.  Gurzadyan juga tidak memberi pernyataan bahwa lingkaran yang ia temukan itu merupakan bukti dari model Penrose.
Katanya, “kami telah menemukan tanda yang membawa serta sifat yang diprediksi oleh model Penrose.”
Sumber : Nature, ArXiV : Concentric Circles In WMAP Data May Provide Evidence Of Violent Pre-Big-Bang Activity
Tags: , , , , ,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS