Sistem Extrasolar Planet Terkaya Ditemukan

Era penemuan sistem keplanetan di luar Tata Surya memang sudah dimulai belasan tahun yang lalu atau tepatnya di tahun 1995, saat Michel Mayor dan timnya menemukan planet Pegasi 51 b di bintang Peg 51. Sejak saat itu sudah ditemukan 410 sistem keplanetan dengan 485 planet. Di antaranya terdapat 48 sistem multi planet, atau sistem keplanetan yang memiliki planet lebih dari 1 buah planet.
Dari ke-48 sistem multi planet tersebut, ada 15 sistem yang setidaknya memiliki 3 planet dengan rekor planet terbanyak saat ini dimiliki 55 Cancri dengan 5 planet. Setiap sistem yang ditemukan punya keunikan. Sebut saja Epsilon Eridani yang memiliki 2 buah sabuk asteroid mirip dengan Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper di Tata Surya. Kini 55 Cancri tidak lagi menjadi pemegang rekor planet terbanyak dalam sistem extrasolar. Mengapa demikian? Simak ceritanya.

Sistem Extrasolar Mirip Tata Surya

Ilustrasi sistem keplanetan HD 10180. Kredit :ESO/L. Calçada
Kali ini Christophe Lovis dan tim menemukan sebuah sistem keplanetan dengan jumlah planet terbanyak di antara sistem extrasolar yang sudah ada.
Penemuan 6 exoplanet disertai bukti keberadaan 1 exoplanet lainnya di dalam sistem membawa sistem extrasolar di bintang HD 10180 menjadi kandidat sistem extrasolar dengan exoplanet terbanyak. Kandidat yang belum dikonfirmasi sebagai planet ini, memiliki massa terendah yang pernah ditemukan dalam dunia exoplanet.
Tak hanya itu, ke-7 planet ini juga membawa manusia pada khazanah baru sebuah sistem yang hampir “serupa” dengan Tata Surya terutama dalam hal jumlah planet yang mengitari bintang induk. Hal menarik lainnya, ditemukan juga bukti kalau jarak planet dari bintangnya mengikuti pola umum yang juga terlihat di Tata Surya.
Apa artinya penemuan ini? Tak lain tak bukan, perjalanan pencarian “dunia lain” memasuki era baru dimana sistem keplanetan yang umum bukan hanya terdiri dari 1 atau 3 planet. Ini merupakan awal era sistem keplanetan yang kompleks dimana pergerakan di dalam sistemnya akan melibatkan interaksi gravitasi yang kompleks di antara planet-planet. Dan keseluruhan informasi inilah yang akan membawa manusia pada pemahaman akan perjalanan evolusi sistem untuk jangka waktu yang panjang. Atau lebih sederhana lagi, manusia bisa mempelajari perjalanan evolusi sebuah sistem keplanetan yang tak jauh berbeda dari Tata Surya.

Pengamatan dengan HARPS

Dengan menggunakan spektograf HARPS yang dipasang pada teleskop 3,6 meter milik ESO di La Silla, Chille, Christophe Lovis dan tim melakukan pengamatan pada bintang HD 10180 yang berada pada jarak 127 tahun cahaya di konstelasi Hydrus selama 6 tahun. HARPS sendiri merupakan instrumentasi pemburu exoplanet kelas wahid yang ada saat ini karena memiliki stabilitas pengukuran dan presisi yang sangat baik.
Area langit di sekitar HD 10180. kredit: ESO & Digitized Sky Survey 2. Acknowledgment: Davide De Marti
Setelah melakukan pengamatan, para astronom berhasil mendeteksi gerak maju mundur atau gerak bolak balik atau goyangan yang sangat kecil dari bintang sebagai akibat gaya tarik gravitasi yang kompleks dari 5 atau bahkan lebih banyak lagi planet. Lima sinyal yang paling kuat datang dari planet-planet seukuran Neptunus dengan massa antara 13 – 25 massa Bumi dan mengorbit bintang dengan periode 6 – 600 hari. Dalam sistem HD 10180, planet HD 10180 c,d,e,f,g  berada pada jarak 0,06 dan 1,4 kali jarak Bumi – Matahari dari bintang induknya. Sementara planet terluar yakni HD 10180 h yang diperkirakan mirip Saturnus memiliki massa minimum 65 massa Bumi mengorbit dalam 2200 hari (6,02 tahun) pada jarak 3,4 SA.
Selain ke-6 planet yang dilihat, tim ini juga menemukan bukti keberadaan 1 planet lainnya. Planet yang berada paling dekat dengan bintang induk ini mengorbit pada jarak sekitar 3,3 juta km atau 2% jarak Bumi – Matahari (0,2225 SA). Satu tahun di planet ini akan berakhir dalam sekejap yakni 1,18 hari di Bumi atau dalam kisaran 28,32 jam. Obyek ini menyebabkan goyangan yang sangat lemah pada bintang, yakni hanya 3 km/jam, dan sangat sulit untuk diukur. Tapi jika memang obyek ini bisa dikonfirmasi sebagai planet, ia akan menjadi contoh lain bagi keberadaan planet batuan panas, mirip dengan Corot-7b.
Keunikan Sistem Extrasolar HD 10180
Sistem keplanetan yang baru ditemukan disekeliling HD 10180 ini memiliki beberapa keunikan. Yang pertama, ke-5 planetnya yang seukuran Neptunus berada dalam jarak yang sama dengan jarak orbit Mars. Artinya, sistem ini punya populasi yang lebih banyak dari tata Surya di area bagian dalamnya dan sistem HD 10180 memiliki planet yang lebih masif di area tersebut. Planet-planet dalam sistem extrasolar HD 10180 tidak memiliki planet gas raksasa serupa Jupiter, dan kesemua planetnya memiliki orbit yang hampir lingkaran.
Sebelum sistem HD 10180, sistem 55 Cancri diketahui memiliki 5 buah planet dengan 2 planet merupakan planet gas raksasa. Keberadaan HD 10180 yang hanya memiliki planet bermassa rendah memang tampaknya umum terjadi namun sayangnya proses pembentukan masih menjadi misteri.
Dari data yang didapat untuk sistem HD 10180 dan data sistem keplanetan lainnya, para astronom juga menemukan kesamaan dengan hukum Titus-Bode yang ada di Tata Surya. Jarak planet-planet dari bintang induk tampaknya mengikuti pola umum, dan menurut Michel Mayor salah satu anggota tim penemu sistem HD 10180 yang juga penemu exoplanet pertama pada bintang serupa Matahari, “ini akan menjadi tanda dari proses pembentukan sistem keplanetan”.
Hasil penting lainnya, tampaknya ada hubungan antara massa sistem keplanetan dengan massa konten kimiawi bintang induk. Semua sistem keplanetan yang sangat masif ditemukan mengelilingi bintang masif dan kaya elemen berat sementara 4 sistem keplanetan dengan massa yang kecil ditemukan pada bintang bermassa rendah dan miskin elemen berat. Elemen berat disini dimaksutkan untuk elemen selain Hidrogen dan Helium.  Kondisi ini justru menjadi peneguhan bagi model teoretik yang ada.
Babak baru penemuan sistem multi planet dengan jumlah planet yang lebih banyak telah dimulai. Dan perjalanan yang telah ditapaki belasan tahun lalu itu masih akan terus berlanjut diisi dengan cerita baru dari berbagai sistem keplanetan yang ada di Bima Sakti dan alam semesta.
Sumber : ESO

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Masa depan BUMI saat Matahari berevolusi

Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi masa akhir kehidupan Bumi?

Bintang Raksasa Merah. Impresi artis. Sumber : Universetoday
Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat matahari menjadi Katai Putih?
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap kondisi tersebut.
Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?
Perhitungan yang dilakukan oleh K.-P Schroder dan Robert Cannon Smith menunjukan, saat Matahari menjadi bintang raksasa merah di usianya yang ke 7,59 milyar tahun, ia akan mulai mengalami kehilangan massa. Matahari pada saat itu akan mengembang dan memiliki radius 256 kali radiusnya saat ini dan massanya akan tereduksi sampai 67% dari massanya sekarang. Saat mengembang, Matahari akan menyapu Tata Surya bagian dalam dengan sangat cepat, hanya dalam 5 juta tahun. Setelah itu ia akan langsung masuk pada tahap pembakaran helium yang juga akan berlangsung dengan sangat cepat, hanya sekitar 130 juta tahun. Matahari akan terus membesar melampaui orbit Merkurius dan kemudian Venus. Nah, pada saat Matahari akan mendekati Bumi, ia akan kehilangan massa 4.9 x 1020 ton setiap tahunnya (setara dengan 8% massa Bumi).
Perjalanan evolusi Matahari sejak lahir sampai akhir masa hidupnya sebagai bintang katai putih. Saat ini Matahari berada di deret Utama (Main Sequence)
Setelah mencapai tahap akhir sebagai raksasa merah, Matahari akan menghamburkan selubungnya dan inti Matahari akan menyusut menjadi objek seukuran Bumi yang mengandung setengah massa yang pernah dimiliki Matahari. Saat itu, Matahari sudah menjadi bintang katai putih. Bintang kompak ini pada awalnya sangat panas dengan temperatur lebih dari 100 ribu derajat namun tanpa energi nuklir, dan ia akan mendingin dengan berlalunya waktu seiring dengan sisa planet dan asteroid yang masih mengelilinginya.
Zona Laik Huni yang Baru
Saat ini Bumi berada di dalam zona habitasi / laik huni dalam Tata Surya. Zona laik huni atau habitasi merupakan area di dekat bintang di mana planet yang berada di situ memiliki air berbentuk cair di permukaannya dengan temperatur rata-rata yang mendukung adanya kehidupan. Dalam perhitungan yang dilakukan Schroder dan Smith, temperatur planet tersebut bisa menjadi sangat ekstrim dan tidak nyaman untuk kehidupan, namun syarat utama zona habitasinya adalah keberadaan air yang cair.
Terbitnya bintang raksasa merah. Impresi artis. Sumber: Jeff Bryant’s Space Art.
Tak dapat dipungkiri, saat Matahari jadi Raksasa Merah, zona habitasi akan lenyap dengan cepat. Saat Matahari melampaui orbit Bumi dalam beberapa juta tahun, ia akan menguapkan lautan di Bumi dan radiasi Matahari akan memusnahkan hidrogen dari air. Saat itu Bumi tidak lagi memiliki lautan. Tetapi, suatu saat nanti, ia akan mencair kembali. Nah saat Bumi tidak lagi berada dalam area habitasi, lantas bagaimana dengan kehidupan di dalamnya? Akankah mereka bertahan atau mungkin beradaptasi dengan kondisi yang baru tersebut? Atau itulah akhir dari perjalanan kehidupan di planet Bumi?
Yang menarik, meskipun Bumi tak lagi berada dalam zona habitasi, planet-planet lain di luar Bumi akan masuk dalam zona habitasi baru milik Matahari dan mereka akan berubah menjadi planet layak huni. Zona habitasi yang baru dari Matahari akan berada pada kisaran 49,4 SA – 71,4 SA. Ini berarti areanya akan meliputi juga area Sabuk Kuiper, dan dunia es yang ada disana saat ini akan meleleh. Dengan demikian objek-objek disekitar Pluto yang tadinya mengandung es sekarang justru memiliki air dalam bentuk cairan yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan. Bahkan bisa jadi Eris akan menumbuhkan kehidupan baru dan menjadi rumah yang baru bagi kehidupan.
Bagaimana dengan Bumi?
Apakah ini akhir perjalanan planet Bumi? Ataukah Bumi akan selamat? Berdasarkan perhitungan Schroder dan Smith Bumi tidak akan bisa menyelamatkan diri. Bahkan meskipun Bumi memperluas orbitnya 50% dari orbit yang sekarang ia tetap tidak memiliki pluang untuk selamat. Matahari yang sedang mengembang akan menelan Bumi sebelum ia mencapai batas akhir masa sebagai raksasa merah. Setelah menelan Bumi, Matahari akan mengembang 0,25 SA lagi dan masih memiliki waktu 500 ribu tahun untuk terus bertumbuh.
Matahari yang menjadi raksasa merah akan mengisi langit seperti yang tampak dari bumi. Gambar ini menunjukan topografi Bumi yang sudah meleleh menjadi lava. Tampak siluet bulan dengan latar raksasa merah. Copyright William K. Hartmann
Saat Bumi ditelan, ia akan masuk ke dalam atmosfer Matahari. Pada saat itu Bumi akan mengalami tabrakan dengan partikel-partikel gas. Orbitnya akan menyusut dan ia akan bergerak spiral kedalam. Itulah akhir dari kisah perjalanan Bumi.
Sedikit berandai-andai, bagaimana menyelamatkan Bumi? Jika Bumi berada pada jarak 1.15 SA (saat ini 1 SA) maka ia akan dapat selamat dari fasa pengembangan Matahari tersebut. Nah bagaimana bisa membawa Bumi ke posisi itu?? Meskipun terlihat seperti kisah fiksi ilmiah, namun Schroder dan Smith menyarankan agar teknologi masa depan dapat mencari cara untuk menambah kecepatan Bumi agar bisa bergerak spiral keluar dari Matahari menuju titik selamat tersebut.
Yang menarik untuk dikaji adalah, umat manusia seringkali gemar berbicara tentang masa depan Bumi milyaran tahun ke depan, padahal di depan mata, kerusakan itu sudah mulai terjadi. Bumi saat ini sudah mengalami kerusakan awal akibat ulah manusia, dan hal ini akan terus terjadi. Bisa jadi akhir perjalanan Bumi bukan disebabkan oleh evolusi matahari, tapi oleh ulah manusia itu sendiri. Tapi bisa jadi juga manusia akan menemukan caranya sendiri untuk lolos dari situasi terburuk yang akan dihadapi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Atmosfer Exoplanet HR 8799b

Pengamatan dan pengukuran temperatur pada planet gas raksasa muda disekitar bintang HR 8799 oleh para astronom di Universitas Hawaii tampaknya memberika hasil yang sedikit mengejutkan. Mereka menemukan atmosfer si bintang tidaklah sama dengan pola umum yang sudah dipelajari sebelumnya dalam extrasolar planet.
Exoplanet HR 8799b

Ilustrasi HR 8799b. Kredit : NASA, ESA, and G. Bacon (STScI)
Exoplanet HR 8799b merupakan salah satu dari 3 planet gas raksasa yang mengorbit bintang HR 8799 yang jaraknya 130 tahun cahaya dari Bumi di rasi Pegasus. Ia juga merupakan planet dengan massa terkecil di dalam sistem tersebut dengan massa 7 massa Jupiter.
Sistem multi planet yang mengorbit bintang HR 8799 ditemukan dari hasil pencitraan langsung oleh Christian Marois dan rekan-rekannya dari National Research Council, di Canada. Ketiga planet tersebut merupakan bagian dari 6 planet yang berhasil ditemukan dengan pencitraan langsung. Sedangkan lebih dari 400 exoplanet lainnya ditemukan dengan berbagai metode tidak langsung seperti kecepatan radial, transit ataupun lensa mikro gravitasi.
Sistem multiplanet HR 8799 memang terhitung baru ditemukan yakni di tahun 2008. Namun hanya dalam 1,5 tahun, tim peneliti berhasil mengamati secara detil atmosfer salah satu exoplanet di sistem tersebut. Hasil pencitraan atmosfer exoplanet ini memang diharapkan dapat mengungkap temperatur planet, komposisi kimia dan kondisi awan di planet tersebut.

Planet Berawan Tebal

Citra HR 8799b yang diambil Keck II, tampak sebagai sumber titik di tengah citra. Kredit : Brendan Bowler and Michael Liu, IfA/Hawaii
Temperatur HR 8799 didapat melalui spektrum cahaya yang dipancarkan (dalam hal ini dipantulkan) planet. Teknik yang digunakan untuk menentukan temperatur planet berdasar pada kimiawi atmosfer planet, terutama keberadaan dan ketiadaan gas metana yang digunakan sebagai termometer.
Planet-planet yang mengorbit HR 8799 memang sangat redup, sekitar 100000 kali lebih redup dibanding bintang induknya. Untuk mendapatkan spektrum HR 8799 b, tim peneliti menggunakan sistem optik adaptif di teleskop Keck II agar bisa menghasilkan citra yang ultra tajam dari bintang selama beberapa jam. Dan mereka kemudian menggunakan spektograf OSIRIS untuk memisahkan spektrum planet dari cahaya bintang induknya.
Untuk kasus HR 8799b, hanya ada sedikit metana atau bahkan tidak ada metana di atmosfernya. Dari spektrum yang didapat serta citra planet yang sudah diambil, para peneliti melakukan perbandingan hasil pengamatan tersebut dengan model teoretis atmosfer temperatur rendah. Dalam perbandingan ini, dilakukan estimasi temperatur, dan diperkirakan HR 8799b memiliki temperatur sekitar 1200 K.
Hasilnya pun cukup mengejutkan karena ternyata model teoretik untuk planet-planet gas raksasa belum bisa menjelaskan data yang didapatkan para astronom tersebut. Model teoretik yang ada memprediksi bahwa planet ini seharusnya 400 K lebih dingin dari hasil pengukuran, jika dilihat dari usia planet dan jumlah energi yang terpancar saat ini. Diduga, perbedaan ini terkait erat dengan jumlah debu yang lebih banyak dan juga lebih berawan di atmosfer planet tersebut.
Model yang ada untuk jumlah debu yang normal sama sekali tidak mirip dengan planet tersebut, namun pemodelan planet dengan awan debu yang tebal justru memberikan gambaran tentang planet tersebut. Tampaknya exoplanet gas raksasa yang masih muda ini memang sangat berawan.
Sumber : KeckObservatory

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Indonesia kaya Uranium

Jakarta (ANTARA) - Indonesia memiliki cadangan uranium 53 ribu ton yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), yakni sebanyak 29 ribu ton di Kalimantan Barat dan 24 ribu ton sisanya ada di Bangka Belitung.
"Selain itu Papua juga diindikasikan memiliki cadangan uranium yang cukup besar. Tapi soal ini masih akan diteliti dulu," kata Deputi Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Dr Djarot S Wisnubroto kepada pers di Jakarta, Selasa malam.
Perkiraan bahwa Pulau Papua menyimpan cadangan uranium atau bahan baku nuklir dalam jumlah besar didasarkan pada kesamaan jenis batuan Papua dengan batuan Australia yang telah diketahui menyimpan cadangan uranium terbesar di dunia, ujarnya.
Jika suatu PLTN seukuran 1.000 MW membutuhkan 200 ton Uranium per tahun, maka dengan cadangan di Kalbar saja yang mencapai 29 ribu ton Uranium, urai Djarot, itu berarti bisa memasok Uranium selama 145 tahun.
"Namun demikian tidak berarti kita akan memproduksi Uranium sendiri untuk PLTN. Karena untuk kondisi sekarang harga Uranium cukup murah, kita lebih efisien membeli saja dari negara lain. Cadangan Uranium bisa digunakan untuk kebutuhan masa depan," katanya.
Menurut Djarot, untuk menjadi bahan baku PLTN, Uranium hasil penambangan harus diproses lebih dulu melalui purifikasi atau pemurnian yang menjadikan bahan Uranium ke tingkat kemurnian yang tinggi sehingga berderajad nuklir dan bebas dari unsur-unsur pengotor lainnya.
Lalu dilakukan pengayaan untuk meningkatkan kadar 235U sehingga menjadi 2-4 persen dan akhirnya fabrikasi untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam bentuk fisik yang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir, misalnya berbentuk pelet dengan diameter 10 mm.
"Untuk bahan baku Uranium di Reaktor Nuklir Riset di Serpong, kita memang membelinya dari luar, tapi harus diingat, bahwa kita memfabrikasi Uranium itu sendiri di dalam negeri," katanya.
Djarot juga menegaskan, bahwa suatu PLTN membutuhkan teknologi pengolahan limbah dan tempat pembuangan lestari karena tingkat radioaktivitas limbah nuklir tidak mungkin dilepas atau dibuang langsung ke lingkungan.
Lokasi pembuangan lestari limbah nuklir, urainya, haruslah di lokasi yang bebas gempa dan memiliki lokasi jebakan limbah sehingga tidak akan lari ke lingkungan serta jenis tanah liat.
"Selama ini memang kamilah yang mengolah limbah radioaktif dari industri dan rumah sakit. Sedangkan limbah akhirnya misalnya dari reaktor yang ada di Serpong, kita kembalikan ke negara asal," katanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tidak ada kiamat di tahun "2012"

Katanya, dunia akan berakhir pada tanggal 21 Desember 2012! Runutan angka yang menarik yang membuat Anda langsung terperangah dan menggumam, “Ah benar juga … pasti bener nih beritanya”. Lantas, tanpa telaah lanjut, Anda pun berkata kiamat tinggal 3 tahun lagi. Atau kalau Anda tak percaya teori kiamat, Anda langsung berkomentar, “Cuma Tuhan yang tahu kapan kiamat”, “Ah kamu musyrik …”, atau “Itu info disebarkan oleh orang tak beragama”.  Sekali lagi, semua informasi hanya ditelan tanpa ditelaah.

Piramida peninggalan suku Maya. kredit : whoyoucallingaskeptic.wordpress.com
Piramida peninggalan suku Maya. kredit : whoyoucallingaskeptic.wordpress.com
Nah, karena dunia akan kiamat sebentar lagi, berhentilah merencanakan hidup, karier Anda, tak usah lagi berpikir untuk punya rumah, segeralah menikah sebelum kiamat, dan pastikan Anda bisa bersenang-senang menikmati hidup sebelum kiamat. Atau, segeralah bertobat. Jangan sampai saat kiamat Anda malah belum bertobat. Tiga tahun lagi lho!.
Kata sebagian orang, mungkin ini pembahasan yang aneh. Hampir setiap saat kita mendengar tentang berbagai teori kiamat … dan kenyataannya kita masih ada di sini. Belum ada satu teori pun yang kebenarannya terbukti. Tapi, kenapa 2012 begitu penting?
Katanya, kalender Maya akan berhenti tahun 2012, dan kemudian jadi semacam agama dan kepercayaan baru, mengalahkan kepercayaan yang ada di masyarakat. Mengabaikan semua alasan saintifik dan pada akhirnya membawa masyarakat pada kekhawatiran baru. Lupakan Nostradamus, Y2k, dan semua prediksi kiamat lainnya, karena sekali lagi menurut ramalan 2012, planet X akan kembali dan menghancurkan Bumi.
Ok … kita berhenti dulu di sini dan mari kita telaah setiap alasan yang muncul tentang kiamat 2012 ini. Dan bagi Anda para penggemar nubuat Kalender Maya, saya punya berita buruk untuk Anda semua. Tidak akan ada kiamat di tahun 2012 …  dan ini alasannya, silakan disimak.
Kalender Maya
Kalender Maya
Kalender Maya
Apa itu kalender Maya? Ini merupakan kalender yang disusun oleh sebuah peradaban yang dikenal dengan nama Maya pada kisaran 250-900 M. Bukti kehadiran peradaban Suku Maya ini bisa dilihat dari sisa kerajaannya di hampir semua bagian selatan Meksiko, Guatemala, Belize, El Savador, dan sebagian Honduras.
Dari bukti-bukti sejarah, masyarakat suku Maya memang memiliki kemampuan menulis yang baik dan juga kemampuan untuk membangun kota dan perencanaan kota. Dalam hal membangun, Suku Maya terkenal dengan bangunan piramida dan berbagai bangunan besar lainnya. Tak hanya itu, dalam kebudayaan, peradaban suku Maya memberi pengaruh yang sangat besar pada kebudayaan Amerika Tengah. Pengaruh itu bukan hanya dalam hal peradaban namun juga dalam hal populasi pribumi di area tersebut. Sampai saat ini, sejumlah Suku Maya masih tetap ada dan meneruskan tradisi mereka yang telah berumur ribuan tahun itu.
Suku Maya dalam kehidupannya menggunakan beberapa kalender berbeda. Bagi mereka, waktu merupakan penghubung dengan lingkaran spiritual. Kalender memang digunakan untuk hal-hal praktis seperti untuk kehidupan sosial, pertanian, perdagangan dan berbagai keperluan administratif. Namun dipercaya ada elemen religi yang besar di dalamnya yang memberi pengaruh. Bagi suku Maya, setiap hari memiliki ruh pelindung yang berbeda sehingga setiap hari memiliki fungsi yang berbeda pula. Sangat berbeda dengan kehidupan modern dengan kalender Gregorian yang hanya menetapkan kalender sebagai waktu yang terkait dengan hal-hal administratif, kehidupan sosial dan keperluan ekonomi.
Kebanyakan kalender Maya memiliki rentang waktu pendek.
  • Kalender Tzolk’in berakhir dalam 260 hari
  • Kalender Haab’ memberi perkiraan 1 tahun Matahari yakni 365 hari.
Suku Maya kemudian menggabungkan kedua kalender ini membentuk “Calendar Round”, siklus yang akan berakhir setelah 52 Haab (sekitar 52 tahun atau kisaran panjangnya satu generasi). Di dalam “Calendar round” terdapat Trecena ( siklus 13 hari) dan Veintena (siklus 20 hari). Tampaknya, sistem siklus ini berlaku dengan mempertimbangkan jumlah hari dalam 52 tahun adalah 18980 hari.
Untuk bangsa Maya, sains dan agama adalah satu. Mereka membangun sistem matematika dan astronomi yang cukup impresif, terkait dengan kepercayaan mereka. Pencapaian dalam hal matematika bisa dilihat pada notasi posisi dan penggunaan angka nol. Dalam astronomi, mereka secara akurat menghitung tahun Matahari, melakukan kompilasi tabel posisi bulan dan Venus, serta memprediksi Gerhana Matahari. Suku Maya juga memiliki penanggalan untuk “siklus Venus” yang cukup akurat. Kalender Venus ini dibuat berdasarkan lokasi Venus di langit malam. Hal yang sama tampaknya juga dilakukan pada planet-planet lainnya.
Sistem “Calendar Round” ini memang sangat baik untuk mengingat hari kelahiran atau periode keagamaan. Namun, untuk merekam sejarah, kalender ini tak bisa dijadikan patokan karena tak dapat merekam kejadian yang lebih tua dari 52 tahun.
Akhir Perhitungan Panjang = Akhir Dunia?
Alam semesta menurut suku Maya. Kredit : edwardtbabinski.us
Alam semesta menurut suku Maya. Kredit : edwardtbabinski.us
Karena tak bisa merekam kejadian sejarah yang lebih tua dari 52 tahun, Suku Maya punya solusi lain. Dengan metode yang cukup inovatif, mereka bisa memperluas jangkauan “Calendar Round” yang tadinya cuma 52 tahun itu.
Sampai di titik ini, kalender Maya akan tampak sangat kuno, bahkan bisa dikatakan dibuat hanya berdasarkan kepercayaan religi, siklus bulan, kalkulasi matematika dengan siklus atau unit 13 dan 20 sebagai dasar perhitungan disertai campuran kepercayaan mitologi. Satu-satunya prinsip kalender yang memiliki korelasi dengan kalender modern hanyalah Haab yang mengenali panjang tahun Matahari yakni 365 hari. Sebagai jawaban atas penanggalan yang lebih panjang, Suku Maya membuat sistem penanggalan “Long Count” atau “Perhitungan Panjang”, kalender yang akan berakhir setelah 5126 tahun.
Sistem penanggalan Maya untuk “Long Count” ini memang menarik, dan secara numerik dapat diprediksi dan bisa dengan akurat menunjuk pada penanggalan dalam sejarah. Penanggalan ini bergantung pada basik perhitungan dengan unit 20. Kalender modern saat ini menggunakan dasar perhitungan dengan unit 10.
Nah bagaimana perhitungannya?
Tahun dalam “Long Count” kalender Maya, dimulai dari 0.0.0.0.0. Tiap angka 0 merepresentasikan angka 0-19, dan setiap angka merepresentasikan perhitungan hari-hari suku Maya.
Untuk hari pertama, kalendernya akan seperti ini : 0.0.0.0.1 dan pada hari ke-19 akan menjadi 0.0.0.0.19. Jika mencapai angka 20, kalendernya akan jadi : 0.0.0.1.0. Perhitungan ini akan menunjukkan 0.0.1.0.0 untuk satu tahun dan 0.1.0.0.0 untuk kisaran 20 tahun dan 1.0.0.0.0 utuk kisaran 400 tahun. Maka, penanggalan 2.10.12.7.1 akan melambangkan penanggalan untuk hari ke-1 di bulan ke-7 dan tahun 1012.
Lantas, apa hubungannya dengan akhir dunia?
Suku Maya sangat terobsesi dengan waktu. Pemahaman dan prediksi berbagai siklus waktu akan memberi mereka kemampuan untuk mengadaptasinya dalam kehidupan di dunia. Menurut kosmologi bangsa Maya, dunia ini telah diciptakan 5 kali dan dihancurkan 4 kali. Dalam skala yang sementara, berbagai hari di dalam satu tahun dianggap cocok untuk aktivitas tertentu, sedangkan sebagian lainnya merupakan ketidakberuntungan.
Nah, menurut kepercayaan suku Maya, sesuatu yang buruk akan terjadi jika kalender “Long Count” berakhir. Berbagai pembagian dilakukan para ahli, namun karena suku Maya mendasarkan perhitungan numerik pada siklus 13 dan 20, maka bisa jadi hari terakhir kalender mereka adalah 13.0.0.0.0. Kapankah itu? Angka 13.0.0.0.0 merepresentasikan 5126 tahun dan “Long Count” ini berawal pada 0.0.0.0.0 yakni 11 Agustus 3114 SM menurut penanggalan Gregorian.
Nah, dengan demikian, kalender Maya akan berakhir 5126 tahun kemudian, yakni 21 Desember 2012. Inilah yang jadi dasar pemikiran tentang kiamat di tahun 2012.
Akhir Dunia
Ilustrasi tabrakan yang terjadi. Kredit : NASA
Ilustrasi tabrakan yang terjadi. Kredit : NASA
Sepertinya, saat sesuatu itu berakhir, termasuk ketika perhitungan kalender kuno berakhir, masyarakat cenderung berpikir pada kemungkinan ekstrem bahwa peradaban juga akan ikut berakhir. Entah dengan cara apa dunia akan berakhir. Berbagai argumentasi bermunculan, antara lain Bumi akan ditabrak oleh sebuah planet, asteroid, atau entah bencana apalagi. Intinya, jika kalender ini berakhir maka Bumi akan tersapu dan hancur.
Ahli arkeologi dan juga orang-orang yang keahliannya pada hal mitologi percaya bahwa akan ada era pencerahan yang muncul jika 13.0.0.0.0 tiba. Dan ini juga tidak berarti akan kiamat atau apa pun. Tidak ada bukti yang menunjukkan dunia akan berakhir. Bahkan, jika memang ada, maka suku Maya bisa dikatakan berhasil memprediksikan sebuah keajaiban religius.
Mitos terus berkembang, bahkan film Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skull sepertinya dibuat berdasarkan mitos suku Maya. Dikatakan, 13 tengkorak kristal akan dapat menyelamatkan kemanusiaan dari kiamat. Mitos di film ini mengatakan jika ke-13 tengkorak kuno ini tidak diletakkan bersama pada waktu tertentu, Bumi akan bergeser dari sumbunya. Menarik memang untuk sebuah film, bisa meraih penontonnya yang mudah percaya pada mitos ….
Tak hanya itu. Mitos yang berkembang mengatakan bahwa Bumi akan dihancurkan oleh tabrakan Planet X, tabrakan meteorit, dihisap lubang hitam, dibunuh oleh flare Matahari, Bumi hancur oleh ledakan sinar gamma dari sistem bintang, datangnya zaman es yang lebih cepat dan pergeseran kutub magnet. Bahkan setiap prediksi disertai bukti-buktinya sendiri. Dan pada akhirnya begitu banyak pengikut kiamat 2012 ini. Sayangnya tak satu pun argumentasi yang diberikan itu bisa dibuktikan kebenarannya.
Fakta yang ada menyatakan Nubuat Kiamat Suku Maya murni berdasarkan kalender yang memang tidak didesain untuk menghitung penanggalan setelah 2012. Hal ini disebabkan karena suku Maya mendasarkan perhitungan pada siklus 13 dan 20.
Arkeo-astronom Maya bahkan masih memperdebatkan masalah kalender “Long Count” ini. Pertanyaannya, apakah kalender ini akan kembali ke 0.0.0.0.0 setelah 13.0.0.0.0 atau akan terus berlanjut sampai 20.0.0.0.0 (sekitar 8000M) dan kemudian kembali ke 0.0.0.0.0?
Mengutip kata-kata Karl Kruszelnicki dalam “Great Moments in Science“:
“ … ketika Kalender mengakhiri siklusnya, ia akan berputar kembali ke siklus berikutnya. Dalam masyarakat modern, setiap tanggal 31 Desember tidak diakhiri dengan akhir dunia, namun dilanjutkan oleh siklus berikut yakni 1 Januari. Karena itu, 13.0.0.0.0 dalam kalender Maya akan diikuti oleh 0.0.0.0.1 atau 22 desember 2012, yang hanya menyisakan beberapa hari untuk berbelanja keperluan Natal.”
Siklus kalender Maya boleh berakhir, namun siklus baru akan kembali berulang … dan membawa hari baru bagi penghuni Bumi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pintu neraka di afganistan

Pintu neraka sering dilukiskan dengan suasana api menyala yang sangat mengerikan panasnya. Kondisi seperti itulah yang terdapat di sebuah lubang api menganga di daratan Uzbekistan, Asia Tengah. Maka, lubang api itu pun disebut sebagai "pintu neraka".

Lubang api itu berukuran sekitar dua kali lapangan bola dengan kedalaman lebih dari 30 meter. Semula ukurannya tidak sebesar itu sejak pertama kali "pintu neraka" itu dijumpai manusia pada tahun 1975.

Awalnya ahli geologi menggali dengan alat berat untuk pengeboran gas alam. Anehnya, di lokasi itu ditemukan jurang besar di bawah tanah. Saking besarnya, semua peralatan untuk penggalian itu terperosok ke dalam.

Jurang itu dipenuhi dengan gas bumi yang beracun. Belum ada keterangan resmi Uni Soviet kala itu terkait berapa jumlah korban tewas akibat terkena gas beracun. Namun, para ahli segera menyingkir dan semua peralatan yang terperosok itu ditinggal pergi.

Untuk menghindari gas beracun yang telanjur terbuka ke langit bumi itu menyebar, para ahli memutuskan untuk membakarnya. Posisinya berada di dekat kota kecil bernama Davaz.

Praktis sejak 1975 lubang raksasa itu menyemburkan api seperti gunung berapi dan masih tetap menyala hingga kini walau sudah 35 tahun berlalu. Masyarakat sekitar tak ada yang berani mendekat karena pengaruh medan panas hingga beberapa ratus meter sehingga dinamakan "pintu neraka".

Sampai sekarang belum ada penjelasan apakah "pintu neraka" itu ukurannya melebar atau stabil karena gas yang keluar dari perut bumi itu langsung terbakar. Walau terkena hujan pun, apinya tidak mati.

Lubang api raksasa itu kelihatan dari kejauhan karena berada di daratan tandus yang luas. Bila malam, tampak semakin jelas dengan sorotan cahaya kekuningan yang bersumber dari "pintu neraka" itu.

Mirip dengan lumpur Lapindo, yang terus mengeluarkan lumpur panas gara-gara pengeboran yang dinilai gagal sehingga menyembur ke permukaan bumi. Hingga kini juga belum ada ahli geologi yang mampu menghentikan semburan lumpur panas Lapindo. Yang bisa dilakukan hanya membatasi agar area efek lumpur panas itu tidak terus melebar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS