KOMET 103P/HARTLEY 2 TAMPAK DI LANGIT MALAM

Di bulan Oktober 2010 ini, sebuah komet akan nampak di langit malam. Komet periodik 103P/Hartley 2 ini merupakan komet kerdil yang masih muda dengan diameter inti komet janya 1,14 km.
103P/Hartley 2 yang dipotret wahana ruang angkasa Deep Impact 60 hari sebelum keduanya berada pada jarak terdekat. Kredit : Deep Impact/NASA
103P/Hartley 2 merupakan komet yang berasal dari keluarga komet Jupiter, yang rata-rata memiliki periode kurang dari 20 tahun. Komet yang ditemukan tahun 1986 ini memiliki periode orbit 6,3 tahun dan diperkirakan di masa lampau periode orbitnya jauh lebih panjang. Pada masa awal abad ke-20, diketahui periode orbit 103P/Hartley 2 9,3 tahun. Namun saat 103P/Hartley 2 mengalami pertemuan terdekat dengan Jupiter pada bulan Agustus 197 (pada jarak 0,22 SA) periodenya tereduksi menjadi 7,9 tahun. Dan pertemukan kembali dengan Jupiter di April 1971 pada jarak 0,09 SA kembali mereduksi periode komet ini menjadi 6,1 tahun.
Semenjak pertama kali ditemukan 103P/Hartley 2 selalu tampak di langit kala ia kembali melintas. Kembalinya 103P/Hartley 2 di tahun 2010 ini cukup unik karena ia akan melintas cukup dekat dengan Bumi pada jarak 0,12 SA pada tanggal 20 Oktober 2010 dan wahana ruang angkasa Deep Impact akan melintas 1000 km dari komet tersebut pada tanggal 4 November 2010.
Pada tanggal 8 Oktober 2010, komet 103P/Hartley 2 akan mengalami konjungsi menarik di langit, kala ia berada dekat dengan gugus ganda di rasi Perseus. Untuk bisa melihat kejadian ini dibutuhkan eyepiece teleskop dan binokular yang luas medan pandangnya.
Pada saat komet 103P/Hartley 2 berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi ia akan tampak berada di rasi Perseus dan akan tampak dengan mata telanjang atau tanpa alat bantu di langit yang sangat gelap.  Namun dengan kondisi langit yang tidak gelap seperti di perkotaan, jelas dibutuhkan teleskop atau binokuler untuk bisa melihat komet 103P/Hartley 2.
Lintasan komet 103P/Hartley 2 dan EPOXI pada tanggal 20 Oktober 2010. Kredit : NEO JPL
Delapan hari setelah posisi terdekatnya dengan Bumi, komet 103P/Hartley 2 akan berada pada perihelionnya atau titik terdekat dengan Matahari yakni 1,05 SA pada tanggal 28 Oktober 2010.
Untuk rekan-rekan yang tertarik untuk berburu komet 103P/Hartley 2, bisa mencari komet kerdil ini di arah timur laut tak jauh dari rasi Perseus di bulan Oktober ini. 103P/Hartley 2 akan memiliki kecerlangan pada kisaran 6  magnitud dan pada saat berada dekat dengan Bumi kecerlangannya akan bertambah dan mencapai 5,55 magnitudo.
Posisi komet 103P/Hartley 2 pada tanggal 20 Oktober 2010 dilihat dari Bandung. kredit : stellarium
Jejak komet 103P/Hartley 2. Kredit : Seiichi Yoshida / aerith.net

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KAPANKAH ASTRONOMI MULAI TIDAK SAMA DENGAN ASTROLOGI?

Bagi seseorang yang mengaku belajar astronomi, tidak jarang ada orang yang minta diramalkan nasibnya, seraya mengatakan bahwa bintangnya adalah X dan meminta supaya dibaca peruntungannya di masa datang. Kebanyakan hanya bercanda saja untuk membuat si astronom kesal, namun tidak sedikit pula yang serius, mengira bahwa astronomi adalah bidang studi untuk mempelajari cara-cara meramalkan masa depan berdasarkan posisi benda-benda langit.
Bercanda ataupun tidak, mempertukarkan astronomi (modern) dengan astrologi adalah cara mudah untuk meruntuhkan mood saya. Kredo astrologi, yaitu bahwa posisi dan pergerakan benda langit punya pengaruh terhadap kehidupan manusia, kini sudah tidak sesuai dengan fakta observasi bahwa hukum-hukum alam berlaku universal dan tidak punya preferensi khusus pada kemanusiaan.
Rasi waluku (di Barat dikenal dengan nama Orion) memiliki peranan penting dalam pranoto mongso Jawa. Terbitnya Orion di waktu Subuh adalah penanda bagi petani untuk mulai membajak sawah dan bercocok tanam. Kredit foto: Emanuel Sungging Mumpuni
Namun demikian saya tidak menafikan kenyataan bahwa tiga setengah abad lalu dan masa-masa sebelumnya, astronomi dan astrologi adalah barang yang kurang lebih sama. Kemampuan membaca posisi pergerakan benda langit adalah keahlian yang harus dikuasai hampir semua orang. Hal ini ada kaitannya sebagian besar dengan penggunaan benda-benda langit untuk menentukan waktu, misalnya Matahari dan Bulan, dan juga penentuan posisi di Bumi. Petani membutuhkan keahlian astronomi untuk mengetahui kapan waktu bercocok tanam dan panen, pelaut membutuhkan keahlian astronomi untuk menentukan posisi dan arah berlayar, arsitek untuk menentukan arah mata angin, dan pemburu untuk menentukan waktu dan posisi.
Bandingkan dengan kehidupan modern. Berapa di antara kita yang sanggup mengenali rasi bintang dan menentukan arah dan jam berdasarkan posisi benda langit? Di mana bintang kutub atau salib selatan? Benda itu bintang atau planet? Di jaman modern, waktu telah dihitung dengan bantuan jam dan standardisasi zona waktu, posisi dan arah telah dihitung oleh GPS atau kompas, dan hari-hari telah ditentukan oleh kalender. Bagi manusia modern, astronomi adalah sesuatu yang terlepas dari kehidupan sehari-hari, namun bagi manusia satu milenium lalu, astronomi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
Karena dekatnya benda-benda langit dalam kehidupan sehari-hari manusia di zaman lama, wajarlah bila ide bahwa benda-benda langit mempengaruhi kehidupan mereka adalah sesuatu yang masuk di akal mereka. Menafsirkan posisi dan arah pergerakan benda-benda langit adalah sesuatu yang penting bagi penguasa, sehingga mempekerjakan astrolog kerajaan adalah sebuah kebutuhan.
Seorang astronom pada masa pra-teleskop sedang mengukur posisi bintang dengan sebuah tongkat silang. Di sekitarnya terserak alat bantu lain, antara lain dua buah orrery (bola langit mekanis) di kiri-kanan sang astronom dan sebuah astrolabe tergeletak di lantai sebelah kiri. Ilustrasi oleh George Billerger.
Astronomi sebagai ilmu ukur posisi bintang dan planet berkembang pesat di jaman lalu adalah karena kebutuhan ini. Posisi bintang dan planet harus diukur dengan teliti, semakin teliti semakin baik supaya tafsir yang dibuat semakin baik. Posisi mereka di masa depan harus bisa diprediksikan dengan baik, semakin tepat prediksinya semakin baik supaya ramalan yang dihasilkan semakin tepat. Model geosentrik yang dibuat Ptolomeus mampu menghitung posisi planet-planet untuk waktu kapanpun dengan akurat, dan mampu menghasilkan tabel-tabel posisi planet-planet yang memberikan posisi planet pada waktu kapanpun. Kitab Almagest adalah modal penting seorang astrolog kerajaan untuk menafsirkan posisi benda-benda langit dan meramalkan masa depan.
Karena pentingnya posisi astronomi inilah, maka dalam kurikulum universitas di abad pertengahan, astronomi adalah mata kuliah yang harus dikuasai seorang mahasiswa. Pada abad ke 12 dan 13, di Universitas Paris (dan juga universitas-universitas lain di Eropa) misalnya, seorang mahasiswa pertama-tama harus lulus Trivium yaitu tiga serangkai mata kuliah Tata Bahasa, Logika, dan Retorika (Seni Berpidato), dilanjutkan dengan Quadrivium yaitu empat serangkai mata kuliah Aritmetika, Geometri, Musik, dan Astronomi. Tentu saja di abad pertengahan pendidikan tinggi adalah sebuah kemewahan yang hanya bisa dinikmati lapisan teratas masyarakat.
Astronomi dianggap penting sehingga harus menjadi mata kuliah wajib di universitas, adalah karena paradigma bahwa benda-benda langit berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahkan ilmu kedokteran pada abad itu pun bersandar pada astronomi untuk mengetahui sebab musabab penyakit. Dapatkah kita membayangkan dokter kita mengkonsultasikan peta langit sambil mendiagnosis penyakit kita? Bagi manusia modern hal ini mungkin terasa absurd tapi beginilah jawaban seorang profesor fakultas kedokteran Universitas Paris ketika ditanya Raja Perancis mengenai sebab musabab Wabah Hitam di tahun 1348–9:
Wabah ini disebabkan karena adanya konjungsi penting tiga planet-planet terluar di rasi Aquarius, yang bersama-sama konjungsi lain dan juga gerhana, adalah penyebab pengotoran udara dan juga tanda-tanda kematian, wabah kelaparan, dan bencana-bencana lainnya.
Mereka juga melanjutkan:
Konjungsi Saturnus dan Jupiter menyebabkan kematian rakyat dan pengurangan penduduk … konjungsi Mars dan Jupiter menimbulkan pengaruh jahat di udara.
Seorang dokter abad pertengahan sedang memeriksa air seni pasiennya. Dokter pribadi Anda mungkin tidak akan memeriksa Anda, melainkan akan mendiagnosis menyakit Anda berdasarkan air seni Anda dan posisi planet-planet. Kredit: Perpustakaan Nasional Perancis, (BNF, FR 135, fol. 223)
Kesegarisan planet-planet ini diduga menyebabkan pengotoran udara (miasma)yang kemudian akan dihirup oleh manusia dan berakibat pada rusaknya keseimbangan cairan tubuh. Kesehatan individu dan masyarakat diduga dipengaruhi oleh konjungsi planet-planet dan fase bulan.Pengucuran darah (bloodletting) dapat menguntungkan pada fase bulan tertentu, namun tidak pada waktu-waktu lain. Kapan seorang pasien akan sembuh ditentukan dari bagaimana posisi planet-planet pada saat ia jatuh sakit. Teks-teks medis yang lebih tua mengatakan bahwa pergerakan planet-planet tertentu mengendalikan organ-organ tubuh tertentu: Merkurius mengatur kerja otak, Jupiter mengatur lever, dan seterusnya.
Buku-buku teks kedokteran dari abad pertengahan penuh dengan instruksi-instruksi seperti demikian, sebuah diagnosis yang bersandarkan pada astrologi, numerologi, kesalahan konsep tentang cara kerja tubuh manusia, pengalaman langsung, dan kabar burung. Orang yang sinis mungkin akan mengatakan bahwa dokter abad pertengahan tidak tahu apa-apa mengenai ilmu kedokteran, namun pemaparan di atas mengenai cara kerja seorang dokter abad pertengahan berdasarkan astrologi justru menunjukkan sebaliknya: dokter abad pertengahan tahu banyak mengenai ilmu kedokteran, hanya saja paradigma ilmu kedokteran abad pertengahan sangatlah berbeda dengan ilmu kedokteran masa kini. Dokter dan ahli bedah abad pertengahan tidak hanya dibayar mahal namun juga memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman yang banyak. Tidak jauh berbeda dengan dokter dan ahli bedah masa kini. Hanya saja perbedaannya, sayangnya, adalah bahwa pengetahuan dan pengalaman seorang dokter abad pertengahan tidak akan banyak membantu penyembuhan kita. Beberapa pengetahuan dan pengalaman ini tidak hanya berbahaya bagi kita namun juga dapat mematikan.
Cerita di atas adalah salah satu gambaran mengenai lekatnya peran astrologi dalam masyarakat. Dokter abad pertengahan harus paham astronomi apabila ia ingin bekerja, pun juga halnya dengan orang-orang yang menempuh pendidikan tinggi. Bila Anda adalah seorang yang hidup di abad pertengahan dan Anda berkenalan dengan seseorang yang paham astronomi, adalah wajar apabila Anda meminta nasihatnya mengenai masa depan (apalagi apabila Anda punya legitimasi untuk itu, misalnya Anda adalah Raja Inggris).
Johannes Kepler bekerja sebagai astrolog dan banyak menerbitkan tabel-tabel prediksi posisi benda langit. Namun prediksi yang didasarkan pada model heliosentrik Ptolomeus ini semakin jauh dari kenyataan yang diamatinya.
Namun kapankah segala sesuatunya berubah? Kapankah paradigma ini bergeser? Saya pikir tidak ada tanggal persisnya, namun pergeseran paradigma ini mulai terjadi semenjak pada masa hidupnya Johannes Kepler dan astronom Denmark Tycho Brahedi akhir abad 16–awal abad 17. Sebelum memformulasikan tiga hukum pergerakan planet yang kemudian dinamakan Hukum Kepler, Kepler bekerja sebagai astrolog untuk Jenderal Wallenstein, seorang penguasa perang dari Bohemia. Tycho Brahe, seorang bangsawan Denmark, disebut-sebut sebagai pengamat astronomi terbaik pada jamannya, juga mempraktikkan astrologi kepada teman-temannya. Namun kedua orang ini, Kepler dan Tycho, sama-sama menganggap teknik-teknik astrologi kontemporer sebagai sesuatu yang tidak menggelisahkan mereka. Keduanya masih berpegang pada paradigma Aristoteles bahwa benda langit mempengaruhi kehidupan manusia, namun keduanya tidak paham bagaimana persisnya pengaruh ini bekerja.
Aristoteles, filsuf Yunani kuno, menganggap bahwa apa yang terjadi di Bumi disebabkan oleh pergerakan benda-benda langit. Ada dua hukum alam yang berbeda: hukum alam di Bumi yang menjelaskan fenomena kebumian, dengan hukum alam di langit yang mengatur pergerakan benda-benda langit. Cabang ilmu yang mempelajari hukum-hukum alam di Bumi adalah fisika, sementara astronomi mempelajari hukum-hukum alam di langit. Pemikiran Aristoteles ini tetap bertahan dan digunakan oleh kaum terpelajar hingga abad pertengahan, termasuk oleh Kepler dan Tycho. Namun pada masa Kepler dan Tycho, model alam semesta di mana Bumi adalah pusat alam semesta (model heliosentrik yang disusun astronom Ptolomeus lebih dari seribu tahun sebelumnya) mulai menunjukkan kelemahannya: model ini tidak lagi tepat dalam meramalkan posisi benda-benda langit. Dengan berbekal data pengamatan Tycho Brahe, Kepler berhasil menurunkan tiga hukum pergerakan Planet yang mulai mengubah pandangan orang tentang cara kerja alam semesta.
Dengan merumuskan hukum geraknya, Isaac Newton menyatukan hukum alam yang berlaku di Bumi dan yang berlaku di langit. Ilustrasi ini adalah karya seniman Inggris, William Blake.
Usaha untuk menyatukan hukum alam di Bumi dengan hukum alam di langit dilakukan dengan sukses oleh Isaac Newton. Setelah merumuskan hukum geraknya yang termashur, selanjutnya Newton menerapkan ketiga hukum geraknya pada pergerakan benda-benda langit. Dengan mengasumsikan adanya gaya gravitasi yang bersifat universal (i.e. serbasama di langit maupun di Bumi), ia berhasil menurunkan hukum pergerakan planet yang bentuknya sama dengan ketiga Hukum Kepler. Bedanya adalah Hukum Kepler didasarkan pada data-data pengamatan, sementara Hukum Newton adalah hasil olah pikir teoritis. Dengan berbekal Hukum Newton inilah astronom Edmond Halley dapat menghitung orbit sebuah komet yang ia prediksikan akan mendekati matahari setiap 76 tahun sekali, sebuah prediksi yang terbukti benar dan komet itu kemudian dinamakan Komet Halley.
Dengan dirumuskannya ketiga hukum gerak Newton, lengkaplah pergeseran paradigma dari fisika Aristoteles ke arah fisika Newton. Pengamatan Kepler dan teori Mekanika Newton menunjukkan bahwa hukum alam yang berlaku di Bumi ternyata sama dengan yang berlaku di langit, hukum alam ternyata bersifat universal. Astronomi sebagai salah satu cabang sains kini menemukan pijakan yang baru, yaitu teori-teori fisika. Dengan adanya pijakan yang baru ini ia semakin menjauh dari astrologi. Pengukuran dan pengamatan benda-benda langit kini tidak lagi dilakukan untuk meramal nasib manusia, tetapi untuk memahami bagaimana alam bekerja.
``Seorang padri abad pertengahan bercerita bahwa ia telah menemukan titik di mana langit dan Bumi bersentuhan...'' Sebuah ilustrasi dari buku Camille Flammarion, L'atmosphère: météorologie populaire (Atmosfer: Meteorologi populer).
Bibliografi
Anthony Aveni, People and the Sky: Our Ancestors and the Cosmos (2008)
Arthur Koestler, The Sleepwalkers: A History of Man’s Changing Vision of the Universe (1959)
Ian Mortimer, The Time Traveller’s Guide to Medieval England: A Handbook for Visitors to the Fourteenth Century (2009)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PLANET LAIK HUNI GLIESE 581 G BERPOTENSI MENOPANG KEHIDUPAN

Apakah perjalanan manusia untuk menemukan Bumi kembar lainnya akan segera direalisasikan? Setelah sekian lama pencarian di antara bintang-bintang dan memilah di antara planet yang ada, beberapa planet memang diindikasikan sebagai planet yang berada di zona laik huni sebuah bintang. Namun yang memiliki kemiripan dengan Bumi mungkin hanya ada pada exoplanet terbaru ini.

Exoplanet laik huni
Ilustrasi artis untuk sistem extrasolar planet Gliese 581. Kredit : ESO
Exoplanet yang baru saja ditemukan tim astronom dari Universitas California, Santa Cruz, dan Carnegie Institution of Washington, tersebut memiliki massa 3 kali massa Bumi dan mengorbit sebuah bintang dekat dengan jarak tepat berada di tengah area zona laik huni si bintang induk.  Keberadaan sebuah planet di zona laik huni ini penting jika ingin mencari adanya potensi kehidupan di sebuah planet. Karena di area inilah air dalam kondisi cair bisa ada di permukaan.
Bagi para astronom, planet yang berpotensi sebagai planet laik huni adalah jika si planet bisa menyokong kehidupan, meskipun tempat itu bukan tempat yang paling cocok menurut standar kehidupan manusia. Kondisi laik huni memang bergantung pada banyak faktor, namun faktor yang paling penting untuk mengkategorikan sebuah planet itu laik huni adalah keberadaan air dalam bentuk cair dan atmosfer.
Fakta bahwa para astronom bisa mendeteksi planet tersebut dalam waktu yang cukup singkat juga menjadi “fakta” bahwa keberadaan planet seperti ini bukanlah sesuatu yang jarang melainkan hal umum yang ada di alam semesta.  Penemuan planet laik huni oleh Steven Vogt dan juga Paul Butler merupakan hasil pengamatan 11 tahun di W.M. Keck Observatory, Hawaii.
Exoplanet di Gliese 581
Penemuan exoplanet laik huni ini memang menarik, namun jadi lebih menarik lagi karena ternyata si exoplanet yang ditemukan berada di bintang katai Gliese 581. Kok bisa?
Kalau kita layangkan ingatan ke tahun 2007, ada sebuah penemuan exoplanet yang menggemparkan dunia. Kala itu ditemukan sebuah exoplanet super Bumi yang diperkirakan bisa memiliki air di permukaannya. Planet yang mengorbit bintang Gliese 581 c tersebut seakan menjadi tonggak awal pencarian planet laik huni lainnya.
Gliese 581 yang berada di rasi Leo tercatat memiliki 4 buah planet dengan 2 planet di antaranya yakni Gliese 581 c dan Gliese 581 d berada di tepian area laik huni sistem sehingga menjadikan kedua planet tersebut berpotensi untuk menopang kehidupan.  Planet Gliese 581 c berada di tepi dalam zona laik huni yang merupakan sisi panas sedangkan Gliese 581 d berada di tepi luar yang merupakan sisi dingin dari zona laik huni sistem. Semakin jauh jarak planet dari Bintang induk, temperatur pun semakin dingin.  Bagi sebagian astronom, Gliese 581 d merupakan kandidat kuat sebagai laik huni jika ia memiliki atmosfer yang tebal dengan efek rumahkaca yang dapat menghangatkan kondisi interior planet. Namun sebagian astronom lainnya masih tidak meyakini kemungkinan tersebut.
Perbandingan sistem Gliese 581 dan Tata Surya. kredit : ESO
Dalam penelitian yang dilakukan oleh para astronom yang tergabung dalam Lick-Carnegie Exoplanet Surveyditemukan dua buah planet yang mengitari bintang katai merah Gliese 581 yang jaraknya 20,4 tahun cahaya dari Bumi.  Ini berarti bintang Gliese 581 saat ini memiliki 6 buah planet, dan yang menarik planet-planet di bintang Gliese 581 memiliki orbit hampir lingkaran seperti orbit yang dimiliki planet di Tata Surya.

Gliese 581 g

Dari dua planet yang ditemukan, Gliese 581 g adalah exoplanet yang menarik perhatian. Planet ini memiliki massa 3 kali massa Bumi dan periode orbit kurang dari 37 hari. Massa seperti ini tak pelak mengindikasikan kalau si planet merupakan planet batuan yang memiliki permukaan tertentu dan jelasnya akan memiliki gravitasi yang cukup untuk menahan keberadaan atmosfer.  Jika Gliese 581 memang memiliki komposisi sebagai planet batuan, diameternya akan berkisar antara 1,2 -1,4 kali diameter Bumi.  Gravitasinya juga akan sama atau hanya sedikit lebih besar dari gaya gravitasi di Bumi, dan jika ada manusia disana ia akan mudah untuk berjalan tegak lurus di planet tersebut. Keberadaan Gliese 581 g yang berada pada jarak 1,46 SA, berada tepat di tengah zona laik huni sistem yang berada antara 0,14 – 0,57 SA. Hal ini  juga yang menjadi pertimbangan kuat kalau planet baru ini menjadi kandidat kuat untuk menopang kehidupan di sistem bintang katai merah Gliese 581.
Dalam sistem keplanetan Gliese 581, exoplanet Gliese 581 g terkunci dalam gaya pasang surut bintang, yang artinya hanya ada satu sisi planet yang akan selalu berhadapan dengan bintang dan menyebabkan sisi tersebut selalu siang sedangkan wajah planet yang tidak berhadapan dengan bintang akan mengalami malam tanpa akhir. Apa efeknya ? Kondisi seperti ini justru dapat menstabilkan iklim permukaan planet.  Dan yang akan menjadi permukaan yang sangat menyokong kehidupan justru berada pada area perbatasan antara terang dan gelap atau siang dan malam yang dikenal sebagai area “terminator”. Pada area ini, temperatur permukaan akan semakin rendah jika mengarah ke area gelap dan semakin tinggi ke arah area yang mendapatkan sinar bintang.
Jika ada kehidupan yang terbentuk di planet ini, maka bentuk kehidupan seperti apapun akan memiliki rentang yang cukup luas pada area perbatasan dengan iklim yang stabil. Dengan demikian mereka dapat lebih mudah terbentuk dan berevolusi.  Diperkirakan temperatur rata-rata permukaan planet ini akan berkisar antara -31 derajat Celsius – 12 derajat Celsius, namun temperatur yang sebenarnya akan merentang dari sangat panas di area yang terang menjadi dingin yang ekstrim dan membekukan si area gelap.
Planet lainnya yang ditemukan adalah exoplanet Gliese 581 f yang berada pada jarak 0,758 SA dan memiliki massa 7,85 kali massa Bumi. Planet ini memiliki periode orbit 433 hari. Planet Gliese 581 f merupakan planet terluar di sistem keplanetan Gliese 581.
Metode Penemuan
Penemuan planet terbaru di sistem Gliese 581 terjadi setelah para astronom melakukan pengamatan bintang Gliese 581 selama 11 tahun dengan menggunakan spektrometer HIRES yang dipasang pada teleskop Keck I di W. M. Keck Observatory, Hawaii.  Dengan HIRES, penelitian yang presisi pada kecepatan radial bintang menjadi sangat memungkinkan untuk mengungkapkan keberadaan sebuah planet. Gangguan gravitasi dari planet yang mengorbit si bintang sehingga menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan radial pada bintang induk bisa didapat.
Tidak mudah memang untuk mendeteksi planet seperti ini. Steven Vogt dan timnya menggabungkan hasil pengamatan HIRES dengan pengamatan grup lainnya dari Geneve Observatory yang menggunakan HARPS sehingga mereka mendapatkan 238 pengukuran kecepatan radial pada sistem keplanetan Gliese 581.
Waktu 11 tahun mungkin lama namun bagi para astronom, waktu tersebut masih cukup singkat untuk bisa menemukan planet seperti ini. Jika memang planet laik huni adalah planet yang langka tentu para astronom tidak akan menemukannya dengan cepat.  Diperkirakan kemungkinan planet yang berpotensi sebagai planet laik huni berkisar antara 10-20 persen dalam satu sistem bintang. Dan jika kemungkinan itu dikalikan dengan jumlah ratusan sampai milyaran bintang yang ada di Bima Sakti, tentu ini merupakan jumlah yang sangat besar.  Dan artinya, planet laik huni bukan saja umum ditemukan dalam sistem keplanetan namun kita akan melihat milyaran sistem seperti ini di galaksi Bima Sakti.
Sumber : EurekaAlert, University of California – Santa Cruz

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS