Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Iran Ciptakan Piring Terbang Pertama di Dunia

Piring terbang bernama Zohal yang berarti Saturnus itu merupakan pesawat ruang angkasa tak berawak yang dirancang untuk pencitraan udara.
Namun, berdasarkan keterangan Daily Mail, objek itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai misi yang tidak disebutkan terperinci. Kantor media Fars menggambarkan piring terbang itu mirip UFO di film Hollywood pada1950-an.
"Alat transportasi yang mudah diluncurkan dan terbang, sedikit bunyi dan memiliki keuntungan yang sama dengan pesawat lain," tulis laporan ISNA (Iran’s Student’s News Agency).
Perangkat itu dilengkapi autopilot, pengatur stabilitas gambar, GPS dan alat perekam kualitas HD. Program luar angkasa Iran yang ambisius tampaknya menjadi peringatan bagi dunia Barat, karena pada waktu yang sama, teknologi misil yang digunakan untuk program luar angkasa sama dengan teknologi membangun rudal balistik antarbenua.
Tahun lalu, Iran mengumumkan kesuksesan mereka berhasil mengirim tikus, kura-kura dan cacing ke luar angkasa. Mereka berambisi mengirim manusia ke antariksa, sembilan tahun mendatang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ubur-ubur Angkasa diTemukan NASA

Keanehan di luar angkasa memang sudah banyak seperti Embrio Bayi Matahari dan mungkin saja masih ada banyak lainnya. Kali ini NASA berhasil menemukan objek aneh di angkasa kita berupa seperti ubur-ubur, Teleskop NASA berhasil menemukan nebula menyerupai ‘ubur-ubur’. Nebula ini dikelilingi gas dan dua cincin tak biasa.

Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) NASA menemukan sebuah objek yang dikenal sebagai NGC 1514 atau nebula Bola Kristal. “Saya teringat pameran ubur-ubur di Monterey Bay Aquarium, kalau ubur-ubur mengambang di air, temuan ini mengambang di luar angkasa,” ungkap dari peneliti utama misi WISE Edward Wright di UCLA, bisa saja ya kalau kita bilang objek itu seperti ubur-ubur angkasa.
Cahaya ultraviolet bintang ini (NGC 1514) menyebabkan gas di sekitarnya berpendar dalam cahaya berwarna-warni. Hasilnya sangat menakjubkan, planet nebula terkadang disebut sebagai kupu-kupu luar angkasa.
Planet nebula bercincin asimetris gas nebula adalah hal biasa, namun cincin ganda simetris di sekitar NGC 1514 belum pernah dilihat sebelumnya. Astronom mengatakan cincin itu terbuat dari debu pasangan bintang mati di pusat NGC 1514.
Menurut NASA, ledakan debu itu bertabrakan dengan dinding rongga yang telah dibersihkan angin bintang, kemudian membentuk cincin. WISE dapat menemukan cincin itu untuk pertama kalinya karena debu mereka bersinar dengan cahaya inframerah yang dapat dideteksi WISE.
Dalam gambar cahaya, cincin itu tersembunyi dari pandangan, dikalahkan pendar awan gas cerah. “Objek semacam ini telah dipelajari selama lebih dari 200 tahun, tapi WISE menunjukkan kepada kita masih terdapat kejutan-kejutan di sana,” ungkapan dari Michael Ressler, adalah anggota tim sains WISE di Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.
Berikut di bawah ini kita lihat seperti apa sih tangkapan teleskop NASA yang menangkap objek seperti Ubur-ubur angkasa.
foto ubur-ubur angkasa
Memang masih sangat banyak rahasia di angkasa yang belum bisa kita temui, ya salah satu nya foto Ubur-ubur angkasa ini yang berhasil di tangkap oleh teleskop NASA.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pembentukan Planet Baru di T Chamaeleon?

Dengan menggunakan Very Large Telescope milik ESO, tim peneliti internasional dari Max Planck Institute for  Astronomy, Heidelberg, Germany berhasil mempelajari piringan materi yang memiliki waktu hidup pendek di sekitar bintang muda yang sedang berada pada tahap awal pembentukan sistem keplanetan.  
Pasangan di Bintang T Chamaeleon
Ilustrasi piringan di sekitar bintang muda T Cha. kredit : ESO/L. Calçada
Apa yang menarik dari penemuan ini? Setelah bertahun-tahun, kini para peneliti exoplanet bisa mendeteksi obyek kecil yang menyebabkan terjadinya gap besar yang ditemukan dalam piringan. Apakah si obyek ini planet atau bintang katai coklat, para peneliti masih harus mempelajarinya lebih lanjut.
Planet terbentuk dari piringan material yang ada di sekitar bintang muda, tapi transisi dari piringan debu menjadi sistem keplanetan biasanya terjadi sangat cepat dan biasanya pada fase ini ada beberapa obyek yang tertangkap. Nah salah satu obyek tersebut adalah T Chamaeleontis (T Cha), sebuah bintang redup yang berada di konstelasi Chamaeleon. Bintang ini mirip Matahari tapi sedang berada pada tahap awal evolusinya aka masih sangat muda atau baru memulai kehidupannya.
T Cha berada pada jarak 350 tahun cahaya dari Bumi dan baru berusia 7 juta tahun. Yang membuatnya jadi unik adalah karena sampai saat ini belum ada pembentukan planet yang berhasil dideteksi dalam piringan transisi meskipun planet yang berada pada piringan debu yang lebih tua  sudah pernah terlihat sebelumnya di Beta Pictoris.
Pengamatan T Cha
Studi awal yang dilakukan pada T Cha menunjukkan bahwa ia merupakan target yang tepat untuk mempelajari pembentukan sistem keplanetan. Yang menjadi masalah, bintang ini berada cukup jauh dan dibutuhkan kemampuan yang sangat tinggi dari Very Large Telescope Interferometer (VLTI) untuk bisa memperlihatkan dan memisahkan setiap detil dengan sangat baik untuk menunjukkan apa yang sedang terjadi dalam piringan debu tersebut.
T Cha pertama kali diamati dengan menggunakan instrumen AMBER dan VLT Interferometer (VLTI). Dalam penglihatan instrumen tersebut, sebagian piringan materi membentuk cicin debu tipis yang hanya berjarak 20 juta km dari bintang.
Di luar piringan bagian dalam, ditemukan area tanpa debu dengan bagian terluar dari piringan merentang sampai 1,1 milyar km dari bintang.
Menurut Nuria Huélamo (Centro de Astrobiología, ESAC, Spanyol), peneliti lainnya dalam studi T Chamaeleon, gap yang ada dalam piingan debu di sekitar T Cha seperti senjata berasap yang memunculkan pertanyaan mungkinkah para peneliti ini sedang menjadi saksi dari pasangan yang membentuk gap di dalam piringan protoplanet?
Untuk bisa menemukan pasangan yang redup dan berada demikian dekat dengan bintang terang jelas memberikan tantangan tersendiri. Tim peneliti ini menggunakan instrumen NACO pada VLT untuk bisa mencapai tujuan mereka.
Hasil analisa menunjukkan kalau tim peneliti tersebut menemukan tanda keberdaan sebuah obyek di dalam gap piringan debu pada jarak 1 milyar km dari bintang atai sedikit lebih jauh dari jarak Matahari-Jupiter di Tata Surya dan si obyek ini berada dekat dengan tepi terluar gap.
Penemuan ini menandai pertama kalinya dideteksi sebuah obyek yang lebih kecil dari bintang dalam gap piringan debu pembentukan planet di sekeliling bintang muda. Bukti yang ada menunjukkan, obyek pasangan tersebut bukanlah bintang normal tapi bisa jadi ia merupakan bintang katai coklat yang dikelilingi debu ataukah yang lebih menarik lagi, sebuah planet yang baru terbentuk.
Dibutuhkan observasi lanjutan di masa depan untuk mengetahui apakah obyek yang baru ditemukan itu sekaligus untuk memahami apakah yang menjadi bahan bajar bagi bagian dalam piringan debu tersebut.
Sumber:ESO

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Permukaan Titan Tampak Seperti Bumi

Titan, bulan Saturnus yang berkabut ini ternyata memiliki banyak kesamaan dengan Bumi terutama dalam hal cuaca dan kondisi geologi yang membentuk tanahnya. Hal ini diungkap dalam presentasi pada XXVIII General Assembly of International Astronomical Union (IAU), di Rio de Janeiro, Brazil. Angin, hujan, gunung api, tektonik dan beragai proses lainnya yang ada di Bumi juga tampak pada permukaan Titan yang beragam dan kompleks.
Mosaik pmetaan permukaan Titan. Kredit : NASA/JPL
Mosaik pemetaan permukaan Titan. Kredit : NASA/JPL
Permukaan Titan ternyata memiliki kemiripan yang sangat dekat dengan Bumi, melebihi benda lainnya yang ada di tata Surya, meskipun ada perbedaan besar pada temperatur dan kondisi lingkungan lainnya.
Misi bersama NASA/ESA/ASI, Cassini-Huygens berhasil mengungkap detil geologi permukaan Titan yang masih muda. Di sana tampak beberapa kawah akibat tumbukan, rantai pegunungan, bukit pasir dan juga “danau”. Instrumen RADAR di orbiter Cassini juga berhasil menembus atmosfer Titan yang tebal dan berkabut, sehingga akan lebih banyak lagi misteri berbagai area di Titan yang dapat diungkap.
Titan memang sudah sejak lama menarik perhatian para peneliti karena ia adalah satu-satunya satelit yang diketahui memiliki atmosfer tebal sekaligus satu-satunya benda langit yang memiliki genangan cairan di permukaan. Danau yang juga ada di daerah kutub utara dan tampak menyebar di kutub selatan ini diperkirakan merupakan cairan hidrokarbon seperti metana dan etana.
Dengan kondisi suhu rata-rata di permukaan Titan yang rendah, yakni 180 derajat Celcius, air akan sangat sulit bertahan di Titan kecuali sebagai es yang sekeras batu karang. Di titan, metana menggantikan peran air dalam siklus hidrologi penguapan dan pengendapan (hujan dan salju) dan akan tampak dalam bentuk gas, cairan maupun benda padat. Hujan metana memotong kanal yang ada dan membentuk danau di permukaan sehingga mengakibatkan terjadinya erosi dan menghilangkan kawah tumbukan meteor.
Penelitian lain yang juga disampaikan dalam IAU GA mengacu pada aktvitas vulkanik di Titan saat ini. Namun bukannya melontarkan magma panas, “cryovolcanoes” (es vulkanik) ini juga melontarkan suspensi dingin dari air es dan amonia. Kondisi ini dideteksi oleh instrumen Visual and Infrared Mapping Spectrometer (VIMS) pada Cassini. VIMS sebelumnya telah mendeteksi area yang disebut Hotel Regio, dan ditemukan juga keberadaan amonia beku yang terselubung. Meskipun amonia tidak terekspos namun pemodelan bisa membuktikan kalau amonia memang ada di bagian dalam Titan, dan mengindikasikan kalau prosesnya memang bekerja untuk menghantarkan amonia ke permukaan. Selain itu RADAR juga menemukan struktur yang mirip dengan gunung api di kebumian di dekat area endapan amonia.
Dalam IAU GA ini, citra inframerah terbaru dari area endapan akan diungkapkan juga. Citra ini memiliki resolusi 10 kali lebih tinggi dari pemetaan saat ini. Citra tersebut akan menunjukkan cryovolcanism telah menyimpan amonia ke permukaan Titan. Tak bisa dipungkiri kalau amonia bersama metana dan nitrogen merupakan komponen peting pada atmosfer Titan dan memiliki kesamaan dengan kondisi linkungan di Bumi saat kehidupan pertma kali muncul.
Pertanyaan menari yang muncul, apakah proses kimiawi di Titan ini mendukung kimia prebiotik di awal evolusi kehidupan di Bumi?
Kondisi kebumian lainnya yang juga terungkap adalah bukit pasir yang terbentuk dari angin dingin serta rantai pegunungan. Rantai pegunungan ini tampatknya terbentuk secara tektonik saat kerak Titan dimampatkan dan menjadi beku. Di Bumi, kerak Bumi terus bergerak dan menghasilkan gempa bumi meretakkan bukit-bukit di planet ini.
Para peneliti Titan berharap mereka akan dapat mengamati titan lebih lama lagi dengan Cassini agar dapat melihat perubahan musim disana. Citra lainnya juga menunjukkan danau yang hampir kering di area kutub selatan, sehingga diperkirakan hidrokarbon di daerah itu tengah mengalami penguapan akibat musim panas. Jika musim berubaha dalam beberapa tahun dan musim panas kembali ke area utara, danau di area tersebut diperkirakan akan mengalami penguapan dan pada akhirnya akan ada genangan di selatan.
Sumber : IAU

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Menanti Indahnya Supermoon

Dari perhitungan astronomi, pada tanggal 19 Maret 2011 Bulan dalam peredarannya mengelilingi Bumi, akan berada pada posisi paling dekat dengan Bumi, disebut sebagai posisi perigee.
Superman atau Supermoon? kredit : Astropro
Tentunya dalam peredaran mengitari Bumi, Bulan akan selalui melalui posisi perigee, tetapi posisi perigee tersebut tidak selalu berada pada angka yang tepat sama, tetapi bervariasi sepanjang waktu.
Pada tanggal tersebut, yang pada saat itu Bulan dalam fase Purnama, dalam perhitungan merupakan jarak yang paling dekat ke Bumi semenjak 18 tahun yang lalu. Lalu? Apa yang akan terjadi? Beredar kabar di dunia maya, bahwa pada saat tersebut, akan terjadi bencana alam yang sangat dahsyat, mulai dari badai besar, gempa Bumi sampai dengan letusan gunung berapi. Sepertinya seram sekali! Tetapi benarkah itu?
Mari kita tinjau satu persatu, pertama, fenomena ‘supermoon’, ini sebetulnya adalah fenomena alam yang biasa terjadi. Pada suatu ketika, dalam peredarannya di langit, Bulan-Bumi-Matahari bisa berada dalam satu garis lurus, biasanya pada saat itu bisa terjadi  bulan baru atau bulan purnama. Dan bila pada saat bulan purnama, Bulan berada pada posisi perigee, maka keadaan ini oleh para ahli astrologi (bukan ahli astronomi!) disebut ‘super moon’! Jadi istilah super moon bukanlah istilah astronomi, tetapi istilah astrologi.
Kedua, pada tanggal itu, akan terjadi bencana alam? Tentulah dalam siklus alamiah, Bulan mempengaruhi terjadinya gaya pasang surut laut di Bumi, dan ketika Bulan ‘mendekat’, tentulah pengaruh gravitasi Bulan menjadi lebih besar (demikian yang dikatakan hukum gravitasi Newton). Akan tetapi, apakah bila pengaruh gravitasi Bulan menjadi lebih besar, akan terjadi bencana alam? Mari kita sedikit berhitung dengan matematika. Ambil rata-rata jarak Bumi-Bulan 382900 km, sedangkan pada tanggal 19 Maret 2011, Bumi-Bulan berjarak 356577 km, atau ‘mendekat’ sejarak 26323 km, atau hanya 6,87% lebih dekat dibanding rata-rata.
Posisi Bulan saat berada di perigee atau titik terdekat dengan Bumi. kredit StarryNight Education
Dengan jarak yang sekecil itu (6,87%), akan menyebabkan dampak yang luar biasa? Seperti biasa, efek pasang surut terjadi setiap hari, dan bila resultan vektor gaya gravitasi Bulan & Matahari menjadi lebih besar maka efek pasang surut menjadi lebih besar.
Posisi Bumi-Bulan-Matahari dan kaitannya dengan pasang surut. kredit : Boomeria.org
Tentunya pada saat ketika purnama ditambah perigee, gaya gravitasi menjadi lebih berpengaruh, tetapi, dari studi geofisika yang telah banyak dilakukan, tidak dtemukan adanya dampak yang signifikan pada keseimbangan energi Bumi. Gempa Bumi, letusan vulkanik, ataupun berbagai fenomena di Bumi lebih disebabkan keseimbangan energi di Bumi, seperti pergeseran lempeng Bumi, sedangkan efek pasang surut oleh Bulan, tidaklah cukup kuat menggeser keseimbangan energi tersebut, yang artinya ‘super moon’ tidak akan menyebabkan bencana alam.
Mungkin dibutuhkan seorang Superman yang datang dari planet Kripton untuk menggeser keseimbangan Bumi, karena Superman mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar dibanding kekuatan super moon; tetapi kita tahu bahwa superman adalah tokoh rekaan, sebagaimana bencana akibat super moon adalah telaah astrologi. Kalau sudah demikian, pertanyaan berikut, apa yang akan terjadi di tanggal 19 Maret yang akan datang?
Yang pasti Bulan akan tampak lebih ‘besar’ 14% dan 30% lebih cerlang di Banding ‘biasanya’, dan kesempatan yang langka untuk menikmati Bulan, sembari memotretnya, atau sekedar nongkrong-nongkrong sembari minum coklat hangat dan menikmati kudapan di malam hari (bila langit cerah).
Bulan Purnama saat di perigee akan tampak lebih besar 14%. kredit: NASA
Tags: , , , ,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS